Rabu, 17 November 2010

HAMZAH bin ABDUL MUTTHALIB


Oleh: K.H. ATHIAN ALI M. DA'I, MA          

Dari namanya, kita lebih cepat mengetahui bahwa beliau masih keluarga dekat sekaligus paman Rasulullah Saw, karena masih sama-sama keturunan Abdul Muthhhalib. Hamzah adalah orang yang paling mengenal Rasulullah Saw bahkan lebih mengenal daripada mengenal diri sendiri, karena memang mereka besar bersama-sama, satu generasi dengan selisih usia yang tidak terlalu jauh. Mereka berdua bermain bersama-sama dan erat sekali dalam membina rasa persaudaraan, walaupun pada masa muda mereka telah memilih jalan yang berbeda. Hamzah memilih menjadi seorang pengusaha dan juga mencari posisi di kabilahnya, sementara Rasul Saw lebih banyak melakukan pembekalan ruhaniah dengan bertafakur dan berdoa di antaranya bertafakur di Gua Hira.
        Hamzah yang sangat mengenal Rasul Saw menggambarkan kehidupan Muhammad sejak kecilnya bersih, belum pernah melihat dia murka, tidak ada sedikitpun memiliki sifat tamak dan sombong dan tidak pula memiliki kecenderungan membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak berguna
          Keahlian memanah Hamzah disalurkannya melalui hobi berburu. Pada suatu hari selesai berburu seperti biasanya sebelum pulang ke rumah beliau pergi menuju Ka'bah untuk melaksanakan thawaf. Ketika beliau mulai mendekati Ka'bah, tiba-tiba ada seorang wanita pelayan Abdullah bin Jud'an menemuinya sambil berlari-lari yang bersangkutan menyatakan : Wahai Abu Umarah, andaikata saja engkau menyaksikan apa yang dilakukan Abul Hakam bin Hisyam (Abu Jahal) terhadap anak saudaramu Muhammad, aku melihat dengan jelas bagaimana Abu Jahal mendekati Muhammad lalu memaki-maki dan memukul serta menganiayanya sampai beliau mengeluarkan darah.
          Dalamriwayat lain memang terjadi penganiayaan terhadap Rasul di depan Ka'bah, sempat ditendang dan dipukul oleh kaum Quraisy termasuk Abu Jahal, sehingga Rasul jatuh tersungkur, telungkup dalam posisi mencium pasir. Hal ini mengundang reaksi Abu Bakar Ash Shidiq yang sempat melihat peristiwa tersebut, sambil berlari beliau ingin segera melihat kondisi Rasul. Pelan-pelan dibalikkan tubuh Rasul maka terlihat darah bersemburan dari mulut beliau, sehingga Abu Bakar menjerit :"Ya Rasulullah, ijinkan aku membalas mereka daripada melihat kondisimu seperti ini". Namun, Rasul dengan tenaga yang masih tersisa mengatakan:"Jangan kau lakukan itu, wahaiAbu Bakar". Peristiwa ini diabadikan dalam QS. Al Anfaal ayat 30: "Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir itu merencanakan kepada engkau supaya menangkapmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat rencana, dan Allah pun membuat rencana (pula). Dan Allah sebaik-baik perencana". Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kita, bahwa tidaklah mudah bagi kita dalam menegakkan kebenaran di jalan-Nya, tidak mudah pula kita untuk memperoleh syurga-Nya, kita akan dihadapkan dengan berbagi rintangan, jangankan kita, Rasul pun mengalaminya. Untuk itu kita harus bersiap-siap menghadapi ujian dan cobaan tersebut (QS. Al Ankabuut, 29:2-3)
          Mendengar laporan dari seorang wanita pelayan Abdullah bin Jud'an, Hamzah sempat merenung sejenak dan kembali menyiapkan panahnya, lalu beliau berlari mendekati Ka'bah untuk mencari Abu Jahal yang ternyata tidak diketemukan. Hamzah terus berusaha mencari dan akhirnya menemukan Abu Jahal sedang berada di hadapan rumahnya berkumpul bersama para tokoh Quraisy. Tidak banyak bertanya, Hamzah langsung mengambil panah dari punggungnya dan dipukulkan ke kepala Abu Jahal, seketika itu pula Abu Jahal mengeluarkan darah. Di hadapan Abu Jahal yang kepalanya sedang berdarah-darah, Hamzah berkata: "Engkau telah maki-maki dan menganiaya Muhammad, padahal aku sudah masuk agamanya dan aku meyakini apa yang dia yakini, dan aku mengatakan apa yang dia katakan, bisakah kau ulangi kembali maki-makian itu di hadapanku?"
          Tokoh Quraisy yang pada saat itu menyaksikan peristiwa tersebut kebingungan, mereka sudah melupakan peristiwa Abu Jahal yang dipukul Hamzah dengan anak panah, yang membuat mereka bingung yang seolah-olah ada halilintar di siang bolong adalah ucapan Hamzah yang mengatakan bahwa dirinya telah masuk Islam. Ini merupakansuatu yang sangat mengejutkan bagi orang-orang Quraisy termasuk Abu Jahal, karena jika benar Hamzah telah masuk Islam, ini akan menjadi musibah besar bagi mereka karena beliau terkenal orang yang sangat disegani dan punya pengaruh di kalangan Quraisy.
          Lalu Hamzah pun meninggalkan mereka kembali ke rumahnya, sampai di rumah beliaupun merenung apa yang baru saja diperbuatnya dengan menyatakan diri telah masuk Islam, padahal beliau belum menyatakannya, tapi kalimat tersebut meluncur dengan mudahnya di hadapan Abu Jahal. Walaupun beliau sangat yakin dengan risalah Islam yang diajrkan Rasul tapi selama ini masih terasaberat hatinya untuk meninggalkan ajaran nenek moyang. Pernyataan beliau sendiri yang menyatakan telah masuk Islam membuat diri beliau berhari-hari tidak bisa tidur, terjadi perang dalam dirinya antara keimanan sebagai fitrah melawan akalnya. Fitrah keimanannya mendesak dia kembali kepada keimanannya, sementara akalnya terus berfikir bagaimana dia bisa meninggalkan ajaran nenek moyangnya.
          Perlu digarisbawahi bahwa fitrah iman terkait dengan masalah yang ghaib di mana sesuatu yang ghaib-ghaib tidak bisa ditangkap oleh indra maka tidak bisa pula diolah oleh akal kita.Masalah keimanan bukan urusan akal, di sini sesatnya pemikiran kaum "sipilis" (sekularisme, pluralisme dan liberalisme), mereka sudah tidak mau memishkan antara wilayah iman dan akal, mereka ingin memberi kebebasan kepada akal untuk memasuki seluruh wilayah, maka kacaulah agama jika sudah demikian adanya. Ketika seseorang itu memilih kafir maka bebaslah kehidupannya, tapi jika dia sudah memilih beriman maka dia harus sudah siap hidupnya diatur oleh Allah.
          Kisah kegelisahan Hamzah ini, beliau ceritakan sendiri dengan menyatakan : "Sesungguhnya aku merasa gelisah sekali ketika aku berfikir harus meninggalkan ajaran yang dianut oleh nenek moyang dan kaumku. Selama beberapa hari aku tidak bisa menikmati tidur dan istirahatku, lalu aku pun datang menuju Ka'bah memohon kepada Tuhan, agar membukakan dadaku untuk menerima kebenaran, kiranya Allah telah mengabulkan permohonanku maka tumbuhlah keyakinan sepenuh jiwaku. Setelah itu aku menemui Rasulullah Saw, aku sampaikan apa yang telah terjadi dengan diriku". Lalu Rasul bersabda: "Ya Allah tetapkan keimananan dalam hati Hamzah". Tak lama kemudian masuknya Hamzah dalam Islam mendorong banyak sekali kaum Quraisy memasuki ajaran Islam termasuk Umar bin Khaththab. Rasul Saw menjuluki Hamzah dengan julukan: "Singa Allah dan Singa Rasulnya".
          Tepatlah julukan beliau tersebut karena ketika terjadi perang Badar, banyak sekali para tokoh musyrikin Quraisy yang mati ditangan Hamzah sehingga membuat orang-orang musyrikin pada waktu itu kembali ke Mekkah dalam kondisi benar-benar terpukul, termauk pemimpin perang orang musyirikin Abu Sufyan. Para tokoh musyirikin Quraisy yang mati dalam perang Badar diantaranya : Abu Jahal, 'Utbah bin Rabi'ah, Syaiban bin Rabi'ah, Umayah bin Khalaf, 'Uqbah bin Abi Mu'ath, Aswad bin Abdul Aswad al Makhzumi, Walid bin 'Utbah, Nadiar bin Hariits, 'Ash nin Sa'id, Tha'mah bin 'Adi serta masih banyak lagi tokoh Quraisy lainnya.
          Kekalahan dalam perang Badar yang dialami pasukan musyirikin Quraisy menjadi pemicu mereka untuk menyiapkan pasukan yang lebih besar lagi dalam perang Uhud. Tidak kurang dari tigaribu orang pasukab Quraisy bersama-sama kabilah-kabilah Arab lainnya menghadapi seribu orang pasukan muslim yang akhirnya hanya tersisa tujuh ratus orang karena tigaratus orang munafik mengundurkan diri (QS. Ali Imran, 3:167). Perang yang tidak seimbang tersebut nyaris sudah dimenangkan kembali umat Islam, kondisi pasukan musyrikin Quraisy sudah puntang panting dan mereka lari meninggalkan barang-barng bawaaannya. Ketika mereka sudah lari dan meninggalkan barang-barang bawaan mereka, maka sebagian mmat Islam yang ada di bukit sebagai pemanah sudah mulai terkena penyakit "hubud dunia", turunlah mereka dari bukit karena takut tidak kebagian harta pampasan perang. Teriakan Abdullah bin Jubair sebagai pemimpin pemanah agar mereka tidak turun tidak dihiraukan lagi, padahal sebelumnya ada pesan Rasul agar mereka tidak keluar dari posisi semula sebelum ada instruksi dari beliau. Hanya sembilan dari empat puluh orang yang masih bertahan ditempatnya. Ketika sebagian ummat Islam mulai sibukmengumpulkan pampasan perang, Khalid bin Walid yang waktu itu masih musyrik sebagai pemimpin pasukan musyirikin memerintahkan pasukannya kembali menyerang sehingga giliran posisi ummat Islamlah yang pontang-panting. Sehingga gugurlah 70 sahabat sebagai syuhada termasuk paman Rasul, Hamzah.
          Pelajaran berharga dapat kita petik hikmahnya dari peristiwa perang Uhud, dimana peperangan yang nyaris dimenangklan ummat Islam tiba-tiba berbalik menjadi kekalahan, ini akibat dari sebaian ummat Islam tidak taat lagi pada instruksi Rasulullah Saw. Jika dalam kondisi tidak taat dan menyalahi aturan Allah dan Rasul-Nya, lalu Allah masih melindungi boleh jadi dikemudian hari ummat Islam pun tidak segan-segan lagi melanggar aturan Allah. Ketika "sebagian" ummat Islam sudah tidak taat lagi kepada Allah, maka ummat Islam tidak punya hak lagi untuk dilindungi-Nya sama seperti tidak punya haknya orang-orang kafir untuk dilindungi. Dalam keadaan sama-sama tidak layak untuk dilindungi maka siapa yang kuat dia yang akan menang. Allah hanya akan melindungi kita manakal kita berada di jalan yang benar yang diridhai-Nya.
          Perang Uhud dapat dikatakan adalah perang balas dendam, karena target orang musyirikin hanya ada dua membunuh Rasul dan Hamzah. Sebelum perang Uhud mereka telah menyiapkan seseorang secara khusus untuk membunuh Hamzah, dan pilihan mereka jatuh kepada hamba sahaya bernama, Wahsyi budak milik Jubair bin Muth'am. Saat perang Badar paman Jubair mati ditangan Hamzah, maka Jubair pun menjanjikan kepada Wahsyi jika bisa membunuh Hamzah maka ia akan dimerdekakan. Lalu Whsyi pun dihadapkan kepadaHindun binti 'Utbah yakni istri dari Abu Sufyan panglima perang orang musyirikin. Hindun sangat dendam pada Hamzah karena ayah, paman, saudara laki-laki dan anaknya semua mati di perang Badar konon di tangan Hamzah.Maka dia pun menjanjikan kepada Wahsyi, jika Wahsyi dapat membunuh Hamzah maka perhiasan yang dimilikinya dalam bentuk gelang yang penuh dengan permata berlian dan kalung emas yang sangat banyak akan diberikan semua kepada Wahsyi. Wahsyi pun tentu saja sangat tertarik dengan dua tawaran tersebut.
          Berangkatlah Wahsyi ke medan perang membawa tombak andalannya khusus untuk membunuh Hamzah. Ia sempat sembunyi di balik pohon menunggu saat yang tepat untuk melemparkan tombaknya ke arah Hamzah. Suatu saat konon Hamzah sedang berhadapan dengan Siba'bin Abdul 'Uzza dan hanya sebentar saja leher Siba pun sudah ditebas oleh Hamzah, saat Hamzah menghadapi Siba itulah Wahsyi melemparkan tombaknya ke arah Hamzah dari belakang sampai menembus di antara belahan pahanya dan robohlah Hamzah seketika. Setelah Hamzah roboh tak berdaya, Wahsyi pun membelah tubuh Hamzah dengan pedangnya untuk mengambil jantung sesuai pesan Hindun, dan dia pun kembali ke kemahnya menunggu sampai perang usai untuk menyerahkan semuanya kepada Hindun. Konon dia menyerahkan jantung Hamzah dengan tangan kanannyasementara tangan kirinya mengambil semua perhiasan yang dijanjikan Hindun kepadanya.
          Setelah itu Wahsyi lari ke Thaif, tetapi tatkala Rasulullah Saw berkunjung ke Thaif, orang-orang Thaif pun banyak yang masuk Islam, lalu dia pun berfikir untuk melarikan diri ke Syria. Ketika dia dalamkebimbangan datanglah seseorang mengatakan: "Hanya satu yang bisa membuat kamu selamat dihadapan Rasulullah Saw, adalah dengan kamu masuk Islam. Setelah dia masuk Islam sempat terjadi dialog antara Rasul dengan Wahsyi. Rasul berkata:"benarkah kau adalah Wahsyi? Benar ya Rasulullah, jawab Wahsyi. Rasul berkata: "Ceritakan padaku bagaimana kamu telah membunuh Hamzah dalam perang Uhud?". Berceritalah Wahsyi apa yang sudah terjadi, setelah selesai Wahsyi bercerita Rasul berkata: "Pergilah kamu jauh dari hadapanku sebelum aku berbuat sesuatu".
          Ketika terjadi fitnah dengan munculnya orang yang mengaku nabi palsu, Musailamatul Kadzdzah maka Wahsyi pun keluar dengan tombak yang sama dan dialah yang kemudian juga melemparkan tembaknya persis pada nabi palsu tersebut sampai mati, seraya mengatakan: "Tombak inilah yang telah membunuh orang yang paling dicintai oleh Allah, Hamzah, tapitombak ini sekarang yang telah membunuh orang yang paling dibenci oleh Allah, Musailamatul Kadzdzab, mudah-mudahan apa yang aku lakukan ini bisa menebus dosaku karena telah membunuh Hamzah.
          Usai perang Uhud turunlah rasul dari lembah Uhud, melihat jasad para syuhada yang terkapar lalu beliau berdiri sangat lama dihadapan jenazah Hamzah. Mengalirlah air mata beliau melihat jenazah Hamzah yang sudah tidak jelas bentuk tubuhnya karena sudah dibelah perut dan dadanya, kemudian beliau berkata: "Belum pernah aku menderita karena mendapatkan musibah seperti deritaku hari ini karena melihat derita yang kau rasakan, Hamzah". Lalu beliau berpaling kepada para sahabat sambil berkata: "Andaikan Shofiah, saudara perempuan Hamzah tidak bersedih dan aku tidak khawatir ini akan menjadi sunnah seytelahku, aku akan biarkan jasad Hamzah berada dalam perut binatang-binatang buas atau pada tembolok burung nasar".
          Jika saja suatu kali Allah berikan kemenangan kepadaku melawan orang-orang musyirikin dalam suatu peperangan yang akan terjadi nanti, aku akan lakukan apa yang mereka lakukan pada Hamzah paling tidak untuk 30 orang dari mereka. Mendengar Rasul membuat pernyataan demikian, maka para sahabatpun berkata: "Demi Allah, jika Allah memberikan kemenangan kepada kita niscayakami akan cincang jasad-jasad mereka yang tidak akan pernah dilakukan seorang Arab pun". Tidak lama setelah Rasul menyatakan hal tersebut turunlah QS. An Nahl ayat 125-128 sebagai teguran kepada Rasulullah dan ummatnya untuk tdak melakuklan apa yang kafir lakukan.
          Diriwayatkan demi penghormatan kepada paman Hamzah, beliau minta kepada para sahabat untuk menyimpan jenazah Hamzah di depan Rasul lalu para sahabat pun diajak melaksanakan shalat jenazah khusus untuk paman Hamzah. Beliapun bersama para sahabat menyolatkan para syahid satu persatu di samping jeazah Hamzah, sehingga Hamzah dshalatkan sebanyak 71 kali. Berbahagialah Hamzah di sisi Allah karenanya.
          Dikisahkan setelah usai perang Uhud dalam perjalanan kembali, rombongan bertemu dengan seorang wanita warga Bani Dinar yang dalam perang Uhud telah gugur sebagai syuhada ayah, suami dan saudara kandung laki-lakinya. Beliaupun bertanya perihal perang Uhud, lalu merekapun menyampaikan kabar kepada wanita tersebut bahwa ayah, suami dan saudara laki-lakinya telah gugur dalam perang Uhud. Mendengar berita tersebut yang bersangkutan bukannya menjadi panik atau histeris, yang terjadi kemudian malah yang bersangkutan bertanya kepada pemberi kabar: " Apa yang terjadi pada diri Rasulullah Saw? Mereka menjawab: "Alhamdulillah Rasulullah selamat sebagaimana engkau harapkan". Berkata wanita tersebut; "Berilah aku kesempatan untuk melihat Rasulullah Saw, betulkah beliau selamat? Lalu Rasulullah menghampirinya dan ketika wanita tersebut melihat rasul lalu dia berkata :"Setiap musibah sebesar apa pun menjadi kecil karena keselamatannya ya Rasulullah".
          Subhanallah, kesedihan si wanita tersebut kehilangan ayah, suami dan saudara laki-lakinya tertutup kebahagiaan karena keselamatan Rasul Saw. Wanita yang dikenal miskin dan lemah ini memiliki keimanan dan kecintaan kepada Rasul yang sangat luar biasa melebihi cinta dia kepada ayah, suami dan saudaranya. Sikap wanita tersebutmenjadi penghibur tersendiri bagi Rasul ketika beliau sedang berduka dengan syahidnya paman beliau Hamzah, Singa Allah dan Singa Rasul-Nya.
          Wallahua'lam bish-shawab.

Sumber Lembar Kajian
Syakhshiyyah Islamiyyah
FORUM ULAMA UMMAT INDONESIA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar